Jumat, 08 Juli 2022

Adji - bintang kecilku


Hari itu selepas subuh, aku terbangun karena suara gaduh di kamarku. Aku lihat ibu menangis dan bapak terlihat begitu serius mengobrol dengan seorang bapak yang lain. Bapak memegang bungkusan kain putih yang kemudian dikuburkan di lantai kamar. Jika aku tak salah ingat, usiaku sekitar 8 tahun waktu itu. Merasa bingung dan penasaran, kuberanikan diri bertanya pada bapak, ada apa sebenarnya. Bapak bilang adikku baru saja lahir, tapi tak bisa diselamatkan. "Itu tadi yang dibungkus kain putih adalah adikmu" begitu kata bapak. Nalarku masih belum sampai. Aku tak pernah tau kalau ibu sedang hamil.


Setelah aku lebih besar, rasa penasaran tentang adik bayi bernama Adji muncul kembali. Aku mendapat penjelasan dari bapak dan ibu. Saat itu ibu sedang hamil muda, mungkin sekitar tiga bulanan, tapi ibu terkena penyakit cacar dan demam tinggi. Hal itu menyebabkan ibu mengalami keguguran. Lalu kenapa bapak bisa memberi nama Adji? Bukankah adek bayi belum terbentuk dengan sempurna dan belum jelas jenis kelaminnya. Bapak menjelaskan lagi kalau dia merasa bayi itu adalah bayi laki-laki, jadi bapak memberinya nama Santosa Adji Pangestu.


Aku tak pernah bertemu Adji, aku hanya mengenalnya dari cerita bapak dan ibu. Namun entah kenapa, selalu ada rasa rindu setiap kali aku mengingatnya dan menceritakan tentang dia. Sebelum Adel dan Bayu lahir, aku seringkali memanggil Adji untuk sekedar menemaniku memandang bintang. Mungkin itu alasannya aku merasa dekat dengannya. Sekarang, setiap aku lihat satu bintang kecil yang tepat berada di sisi bulan, aku selalu ingat tentang dia. 💙


Ditulis oleh Nevri Chandrani Nooringhati

29 Januari 2022



Jumat, 25 Februari 2022

Bukan Ibu tak mau, Ibu hanya belum bisa.


"Iya boleh, besok ibu beliin ya, tapi Ibu gak janji" 

"Kalau Ibu punya uang, Ibu pasti beliin Mbak, gak usah kamu minta juga pasti Ibu beliin"

Kalimat-kalimat itu yang sering kami dengar dari mulut Ibu. Aku tau, jauh di dalam lubuk hatinya, sangat besar keinginan Ibu untuk meluluskan apa yang jadi permintaan anak-anaknya. Dari Ibu kami belajar untuk pertama kalinya, bahwa berharap terlalu kuat akan mengecewakanmu juga dengan kuat.

Pasti kami marah, kesal, sedih. Tapi kami tau, kami percaya, dan kami melihat bahwa apa yang Ibu bilang memang benar. Dari Ibu kami belajar untuk pertama kalinya, bahwa bersabar itu membawa ketenangan dan kedamaian.

Ibu yang selalu memberikan apapun yang dia punya untuk kami. Hati, pikiran, tenaga, emosi, makanan, minuman, uang dan banyak yang lain. Tapi kadang hanya karena satu hal yang kami mau tapi tidak bisa dia sediakan, kami dengan cepat marah dan kesal, menyalahkan Ibu atas semua keterbatasan yang hadir dalam hidup kami.

Satu hari saat anak-anaknya sakit dan meminta sesuatu, Ibu tiba-tiba menjadi peri yang datang dan mengabulkan apa yang anaknya minta, Ibu juga punya mantra. "Oke, Ibu beliin apa yang kamu mau, tapi kamu sembuh ya?" Si anak pun mengangguk menandakan setuju, dan dengan bahagia menerima apa yang dia minta. Keesokan harinya, anak Ibu benar-benar sembuh. Mungkin Allah yang menjawab doa Ibu, karena Ibu gak mau anaknya sakit dan kesusahan.

Dari Ibu kami belajar berharap, bukan memaksa. Dari Ibu kami belajar berharap dan juga siap kecewa. Dari Ibu kami tau bagaimana rasanya kecewa dan kecewa mengajarkan kami untuk menerima, bahwa jawaban dari permintaan tidak selalu "ya" tapi juga ada "tidak" dan "nanti".

Review Novel Harry Potter And The Cursed Child

Waktu aku dibeliin novel ini, aku pikir ceritanya gak akan seseru novel Harry Potter lainnya. Apalagi waktu tau kalau novel ini sebenernya naskah drama. Aku pikir bakalan aneh deh, baca novel tapi isinya dialog semua. Ternyata aku salah! Setelah aku baca novelnya, aku kayak lagi nonton dramanya secara langsung. Setiap dialog yang aku baca dengan nama karakter yang memerankannya, memperjelas imajinasi ku.

Awalnya aku pikir "the cursed child itu" adalah Albus Severus Potter atau Scorpius Malfoy, ternyata bukan. Setelah aku membaca setengah bagian novelnya, barulah aku tau kalau anak yang dimaksud di judul novel ini adalah Delphi Diggory.

Bagian akhir cerita ini agak sedikit rumit. Apalagi dengan alur yang dibuat maju mundur. Namun justru di akhir cerita ini kita akan semakin dibawa masuk ke dalam sejarah tentang sosok Delphi Diggory. Seorang anak perempuan yang menyembunyikan latar belakang keluarga aslinya. Semakin jauh ke dalam akhir cerita, pembaca juga akan dibawa hanyut dalam kegalauan dan bagaimana kerasnya perjuangan Delphi demi bertemu sang ayah yang sudah meninggal.

Note: Deplhi adalah anak yatim piatu. Ibunya meninggal karena terkena kutukan Molly Weasley dan ayahnya meninggal karena kalah saat berduel dengan Harry Potter.